Namun siapa sangka untuk meraih sukses hingga 16 tahun berkarya, perancang kelahiran Medan, Sumatera Utara ini ternyata melalui proses yang tak mudah. Vera menceritakan, kecintaanya terhadap bidang tata busana dimulai sejak ia duduk di bangku Sekolah Menengah Kejuruan (SMKK). Lalu ia melanjutkan pendidikannya di tingkat perguruan tinggi dengan mengambil jurusan serupa.

"Saya pindah ke Jakarta tahun 2000. Pertama kali magang sebagai assistant desainer, almarhum Nelwa Anwar selama 10 bulan. Beliau terkenal dengan kebaya dari bahan serat alam dan detail bordir yang bagus," papar Vera saat ditemui JawaPos.com di butik miliknya di kawasan Panglima Polim Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu..

Perjalanan Vera berlanjut ke sebuah rumah mode desainer kebaya senior Adjie Notonegoro. Selama dua tahun bekerja, ia meng-upgradeilmunya tentang pola dan desain kebaya klasik yang menjadi signature-nya hingga saat ini. "Saya memang suka karya mas Adjie dengan siluet klasik, dan kita menyajikan itu sekarang," sambungnya.

Saat bekerja di butik Adjie, Vera dipertemukan dengan sang suami yang juga menjadi rekan kerjanya. Hingga akhirnya ia memutuskan mendirikan label pakaian sendiri sejak tahun 2003. Selama kurun waktu 7 tahun, ia menggunakan sistem jemput bola. Mulai dari mendatangi klien di rumahnya hingga bertemu di toko kain ia jalani dengan kerja keras.

"Tahun 2011 barulah buka butik pertama di Ahmad Dahlan, ruangannya sempit kaya balkon tutup kaca kecil. Lalu mulai pindah ke Panglima Polim sudah 3 tahun ini. Kami renovasi agar layak untuk terima tamu," ujarnya.

Perjuangan Vera perlahan membuahkan hasil nyata, terlebih saat hadirnya gelombang sosial media Instagram. Saat itu sang suami mulai mengunggah karya kebaya Vera. Awalnya ia hanya menggunakan model dari para klien, dengan cutting kebaya klasik warna soft.

Setelah menemukan media promosi yang tepat lewat Instagram, nama label 'Vera Kebaya' pun lahir berkat kejelian sang suami. Ia mengaku setelah adanya akun sosial media, karyanya banyak disukai dan kliennya semakin bertambah dari segala lapisan masyarakat.

"Kalo suami handel untuk urusan sosial media dan management, sedangkan saya lebih ke teknis produksi baju. Alhamdulillah saat ini sudah ada sekitar 80 karyawan yang membantu," tandasnya.

(fid/JPC)