Warung Nasi Tua Yang Legendaris

Halojambinews : Kalau anda ke Pasar Lamo Kelurahan Pasar Muara Tembesi, di pinggiran Sungai Batang Hari, ada sebuah warung tua yang diperkirakan berumur hampir seratus tahun, namun tetap kokoh dan tetap asli bangunannya. Warung itu dulu adalah tempat mengisi perut bagi penduduk serta para pedagang juga tentara Belanda.

Warung tua tersebut, adalah satu-satunya warung yang tersisa karena selamat dari banjir besar Jambi 1955 nan silam. Warung legendaris tersebut, dibangun oleh Sastro dan Marni asal Jawa, sebelum kemerdekaan RI 1945.

" Ini warung, dibangun oleh kakek dan nenek saya, Mbah Parto dan Mbah Marni " kata Atun (55) kepada Halojambinews, Sabtu (10/09/2022), ketika mampir untuk ngopi.

Setelah Mbah Parto dan Mbah Marni meninggal, kemudian usaha warung dilanjutkan oleh anaknya, Darno beserta Fatimah. Setelah itu, dilanjutkan oleh Suharyatun.

" Saya adalah cucu dari Mbah Parto dan Mbah Marni. Dari kecil saya sudah dibawa ke sini oleh mereka. Setelah lepas dari sekolah menengah atas 1986, saya yang jaga warung sampai menikah dengan Suhardi." ucap Atun sambil tersenyum.

Ketika ditanya, apakah masih menjual nasi dan lauk-pauk seperti kakeknya dulu, Atun yang kerap dipanggil dengan Bude Atun maupun Yuk Atun ini, mengatakan tidak lagi.

" Sekarang saya dan suami, tidak jual nasi ramas lagi. Nasi ramas itu dicampur dengan goreng ikan, ayam, rendang daging plus sayur maupun gulai dan sambal cabe. Cuma sekarang ada nasi gemuk, gado-gado, lontong, gorengan dan kue serta minuman seperti teh dan kopi" ujar Atun.

Walaupun warung ini sudah tua, sambungnya, masih banyak yang makan maupun sekedar minum. " Banyak yang mampir di sini. Makan gado-gado, nasi gemuk maupun lontong. Ada juga yang mampir sekedar minum kopi dan teh manis. Setiap hari, pegawai kantor lurah maupun puskesmas, sarapan dan makan siang di sini. Apalagi hari Jumat, pas pasar kalangan" lanjut Atun lagi.

Warung tua itu, cat warna biru mudanya sudah memudar. Deknya sudah tak ada lagi. Bagian dapur, dindingnya sudah berwarna hitam.

Mungkin dikarenakan asap dari kayu bakar maupun kompor sehingga menempel di dinding kayu. Atap warung tersebutpun sudah bewarna coklat karena tak pernah diganti. Hanya ada beberapa yang diganti karena sudah bocor.

Ketika Kenduri Swarnabhumi 24-30 Agustus lalu, warung Bude Atun ini penuh sesak. Baik oleh masyarakat yang datang menonton acara kenduri, pihak panitia, pejabat dan kepala dinas di lingkungan Pemkab Batang Hari, Prov Jambi, utusan kementrian, polisi, tni, dan wartawan. Bahkan, Wabup dan Sekda Batang Hari, makan dan minum kopi di sini. (Fri)