Jambi – Jalan menuju area landfill atau Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Talang Gulo, Kota Jambi terdapat sebuah plang pemberitahuan “Awas..! Instalasi Methan” sebagai tanda adanya instalasi jaringan pipa gas metana.
Diketahui, instalasi jaringan pipa gas metan ini mengalir ke rumah – rumah penduduk sekitar TPA Talang Gulo di Jalan Kebersihan, RT 04, Kelurahan Kenali Asam Bawah, Kecamatan Kota Baru, Kota Jambi.
Berjarak 20 meter dari jaringan pipa gas metan tersebut, Sutoyo tengah asik mencuci mobil. Cuaca pagi itu terlihat sangat cerah. Ia tampak beristirahat sembari menyeruput kopi dan menghisap sebatang rokok.

Disela-sela beristirahat, Sutoyo melihat pipa jaringan gas metan yang mengaliri ke rumahnya. Sembari memegang pipa yang sudah bocor, pecah dan rusak dirinya hanya bisa menghela nafas karena aliran gas metan yang tersambung ke dapurnya sebagai bahan bakar alternatif kebutuhan rumah tangga tidak bisa digunakan lagi.
Bahkan, kompor yang diberikan dari Pemerintah Kota (Pemkot) Jambi sepaket dengan pipa aliran gas metan itupun juga sudah tidak bisa difungsikan lagi.
Sebab, dalam enam bulan terakhir gas metan sudah tidak lagi mengalir ke dapur rumahnya. Sehingga, saat ini memasak kembali menggunakan tabung gas LPG.
Sangat disayangkan, padahal Sutoyo bisa menghemat biaya untuk membeli tabung gas karena hanya digunakan sebagai cadangan jika kompor dari gas metan habis. Kini, ia kembali harus merogoh kantong setiap pekan untuk pembelian tabung gas.
“Sekarang ini gas metan sudah dak ngalir lagi, kompornya pun sudah rusak dakbisa dipakai lagi. Sudah ada sekitar beberapa bulan gas tidak ngalir. Padahal kalo ada dari gas metan bisa menghemat biaya karena tabung gas LPG di rumah Cuma hanya dijadikan cadangan,” ujarnya saat ditemui pada Senin, 17 Juli 2023.
Hal senada Ardi menyampaikan, pemakaian gas metan ini dinilai mereka terbilang aman. Hal ini lantaran tekanan gas metan yang sampai ke dapurnya rendah. ia sangat senang apabila merebus air atau memasak makanan menggunakan kompor gas metan ini meskipun matangnya cukup lama.
“Ngidupinnya pakai korek karena tekanan gas nya rendah,” sebutnya.
Ia bersama warga lainnya berharap gas metan dari tempat pembuangan sampah TPA Talang Gulo ini bisa disalurkan kembali. Sebab gas metan ini telah menutupi sebagian pengeluaran belanja dapur. Meskipun kecil, namun saluran manfaat gas metan ini cukup berarti.
Penyebab Gas Metan Tak Mengalir Lagi
Kepala UPTD Pengelolaan Sampah TPA Talang Gulo Bambang Sutejo melalui Kasubag TU Mulyono mengatakan penyebab tidak teraliri lagi gas metan ke rumah warga dikarenakan energi yang dihasilkan menjadi gas metan sudah habis.
Sebab, gas metan yang teraliri ke rumah warga tersebut berasal dari TPA yang lama. Sedangkan dari Sanitary Landfill TPA yang baru belum ada gas metan.
“gas metannya sudah habis awal tahun 2023 ini, sehingga tidak bisa lagi mengalirkannya kepada warga karena itu dari TPA yang lama,” ujarnya.

Ia menceritakan gas metan hasil tangkapan dari TPA Talang Gulo yang lama itu telah disalurkan sejak Juni 2020. Gas metan yang selama ini lepas ke udara berhasil mereka kelola menjadi sumber energi alternatif bagi penduduk sekitar.
Dari TPA yang lama telah membangun fasilitas berupa pipa-pipa panel aliran gas metan dari 4 titik (sumur tangkapan gas). Dari sumur tersebut kemudian gas metan dialirkan ke panel pipa melalui dorongan blower dan langsung mengalir ke rumah tangga sekitar TPA.
Adapun pemanfaatan gas metan, dari 4 sumur tangkapan tersebut mampu melayani sebanyak 101 rumah tangga yang tersebar di RT 04 dan RT 26, Kelurahan Kenali Asam Bawah.
Pipa sepanjang lima kilometer telah terpasang dan digunakan untuk menyalurkan gas metan ke rumah warga.
Warga yang tinggal di sekitar TPA telah menikmati gas metan yang diproduksi dari tempat pembuangan tersebut secara gratis. Melalui program inovasi gas metana untuk kompor itu, telah memberikan benefit ekonomi bagi keluarga.
Dari penghitungan yang dilakukan UPTD TPA Talang Gulo, setiap rumah tangga bisa menghemat pengeluaran Rp50 ribu per bulan. Sehingga, secara total dari 100 penerima itu telah menerima benefit senilai Rp5 juta perbulan atau Rp60 juta per tahun.
Upaya Menghidupkan Kembali Gas Metan
TPA Talang Gulo baru kini menggunakan sistem tertutup (sanitary landfill). Dimana dapat mengolah sampah dengan konsep go green dan ramah lingkungan.
Pengolahan sampah dengan sistem sanitary landfill itu mendapat dukungan pendanaan dan pendampingan dari Bank Pembangunan Jerman (KFW) lewat program Emission Reduction in Cities (EriC). Selain Kota Jambi, terdapat kota/kabupaten lain yang menjadi percontohan dalam program yang sama tersebut, seperti Kota Malang, Kabupaten Sidoarjo, dan Kabupaten Jombang di Jawa Timur.
Pengembangan sistem sanitary landfill di TPA Talang Gulo Kota Jambi mulai dikerjakan sejak 2018 hingga 2020 dengan biaya senilai 14,2 juta euro atau setara Rp225 miliar. Pendanaan tersebut untuk membangun 3 sel pengelolaan sampah. Setiap sel dapat menampung 620 ribu meter kubik residu yang diperkirakan bertahan hingga 20 tahun kedepan.
TPA Talang Gulo sanitary landfill dibangun di atas lahan seluas 21,3 hektare yang lokasinya persis di sebelah TPA lama. Pengembangan infrastruktur lewat pendanaan donor di TPA Talang Gulo ini meliputi pembangunan area landfill seluas 5,2 hektare, sarana pengolahan air lindi (leachete treatment plant) kapasitas 250 meter kubik per hari.

Kemudian dana tersebut juga digunakan untuk membangun hanggar pemilahan sampah kapasitas 35 ton perhari, sarana pengolahan kompos berkapasitas 15 ton per hari, dan bangunan fasilitas penunjang lainnya seperti kantor pengelola, jembatan timbang, dan workshop.
Kasubag TU Pengelolaan Sampah TPA Talang Gulo Mulyono menjelaskan pihaknya berupaya untuk mengadakan kembali adanya gas metan agar bisa untuk dialirkan ke masyarakat. Namun, pihak pendampingan Bank Pembangunan Jerman (KFW) merekomendasikan gas metan baru bisa diambil jika sudah beroperasi selama 2 tahun
“Kita sudah coba ajukan agar Sanitary Landfill TPA Talang Gulo bisa menghasilkan gas metan untuk masyarakat lagi. Mudah-mudahan tahun depan 2024 gas metan sudah bisa kembali disalurkan kepada warga sekitar TPA Talang Gulo,” katanya.
Nantinya gas metan yang akan kembali dialirkan ke warga ini tetap menggunakan instalasi jaringan pipa gas metan yang lama. Jika mencukupi nantinya akan disambung ke rumah warga lain yang belum mendapatkannya.
Pemanfaatan gas metan di TPA sanitary landfill itu nantinya juga akan direkomendasikan untuk diubah menjadi energi listrik. Mulyono berharap energi yang dihasilkan dari TPA sanitary landfill ini dapat digunakan untuk memasok kebutuhan listrik dan gas bagi warga sekitar yang bermukim di sekitar tempat pembuangan akhir.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Institute for Essential Service Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengatakan bahwa pengolahan sampah menjadi energi listrik yang tengah didorong oleh pemerintah tidak ekonomis dan membutuhkan biaya investasi yang cukup mahal.
Namun, persoalan sampah perkotaan yang terus menumpuk tidak bisa dibiarkan karena bisa mencemari lingkungan dan meningkatkan emisi gas rumah kaca. Oleh karena itu, perlu dipikirkan cara yang lebih efisien untuk mengelola sampah, salah satunya dengan mengubah sampah menjadi RDF.
RDF tersebut bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar pabrik semen dan pencampur atau co-firing batu bara pada PLTU milik PLN.
"Menurut saya tidak usah sampah dijadikan listrik. Ubah sampah jadi RDF, biayanya lebih murah karena investasinya bangun pabrik RDF. Pasarnya bisa pembangkit PLN, pabrik semen. Ini pilihan ke depan pengolahan sampah jadi listrik atau RDF," kata Fabby dikutip dari Bisnis, Minggu (23/7/2023).
Menurutnya, tantangan dalam pengembangan PLTSa yang tengah didorong di 12 kota sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 35 Tahun 2018 tentang Percepatan Pembangunan Instalasi Pengolah Sampah Menjadi Energi Listrik Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan, terletak pada biaya investasinya yang masih mahal.
Ia mengatakan bahwa tidak semua daerah memiliki kapasitas fiskal yang cukup sehingga butuh bantuan dana dari pemerintah pusat untuk merealisasikannya. Mahalnya ongkos investasi PLTSa tersebut juga mau tidak mau akan membuat harga listrik yang dihasilkan menjadi lebih mahal dibandingkan harga listrik dari energi lain.
Sesuai dengan Perpres Nomor 35 Tahun 2018, harga pembelian listrik oleh PLN dari PLTSa untuk kapasitas sampai dengan 20 megawatt (MW) ditetapkan sebesar US$13,35 sen per kWh.
***
Diketahui, sistem sanitary landfill, TPA Talang Gulo juga memberikan manfaat untuk meningkatkan akses pelayanan persampahan bagi 700 ribu jiwa penduduk Kota Jambi. Sistem pengolahan sampah ini juga dilengkapi dengan penyaringan air lindi atau limbah cair.
Air lindi akan ditampung dan disalurkan ke kolam penampungan IPL (Instalasi Pengolahan Lindi). Dengan sistem pemurnian bertahap dan dilengkapi bak kontrol ini, sehingga dapat meminimalisir pencemaran tanah, udara, dan air di sekitarnya.
“Saat ini masih dalam tahap uji coba, dan tahap pertama ini kita sedang mengoperasikan sub-sel 1,” kata Mulyono.
Setiap harinya rata-rata 350 ton sampah yang masuk ke TPA akan melalui proses pemilahan sesuai dengan kriterianya.
Proses pemilahan itu dilakukan dengan melibatkan 40 pekerja yang akan melakukan penyortiran sampah. Dari seluruh pekerja sorting ini diantaranya 30 pekerja adalah eks pemulung dari TPA lama.
Melalui model pengolahan sanitary landfill atau tertutup ini, sampah yang masuk ke TPA akan melalui teknik pemilahan, pengomposan, dan pengolahan sampah organik.